Teater sebagai Media Refleksi Kritis Kehidupan
Jatinangor, 25 Juni 2024 – Dalam dunia seni, khususnya dalam bidang seni pertunjukan, tentunya kata ‘teater’ merupakan kata yang tidak asing lagi untuk didengar. Di kalangan khalayak umum, teater dikenal sebagai seni pertunjukan yang mengombinasikan akting, dialog, musik, dan tari untuk menggambarkan kehidupan nyata sekaligus memberikan pesan kehidupan kepada penonton. Di sisi lain, masyarakat—secara sederhana—mendefinisikan teater sebagai seni bermain peran (drama). Namun, apakah definisi dari teater hanya sebatas itu? Apakah teater hanya berfungsi sebagai seni pertunjukan untuk menggambarkan kehidupan nyata sekaligus memberikan pesan kehidupan? Lalu, apakah teater sendiri merupakan sebuah media?
Kuliah Umum Program Studi Sastra Jerman bersama Associate Professor Franz-Josef Deiters, M.A. Dr. phil. habil., FAHA, Honorary Associate with the Department of Germanic Studies, The University of Sydney, Faculty of Arts and Social Sciences, dimoderatori oleh dosen Prodi Sastra Jerman, Kamelia Gantrisia, M. Hum., hadir untuk menjawab seluruh pertanyaan tersebut. Dalam pembahasannya, Profesor Deiters menjelaskan empat aspek mengenai teater sebagai media. Aspek-aspek tersebut membahas mengenai teater dalam kehidupan sehari-hari, teater sebagai tempat aksi simbolis, teater sebagai media, dan tidak ketinggalan pula contoh kecil dari penulis drama ternama asal Jerman, Bertolt Brecht.
Profesor Deiters membahas teater dalam kehidupan sehari-hari dengan fungsi sebagai lebih dari sekadar hiburan, melainkan juga berfungsi sebagai cermin yang merefleksikan nilai-nilai, konflik, dan dinamika sosial. Selain itu, teater juga berfungsi sebagai tempat aksi simbolik, di mana simbol-simbol dan makna yang rumit dapat diinterpretasikan oleh penonton untuk memahami pesan-pesan yang tersirat. Pembahasan selanjutnya berbicara mengenai kontroversi teater dengan anggapan teater sebagai media, khususnya pada fungsi dan karakteristik sebagai media komunikasi dan ekspresi. Fungsi dan karakteristik teater sebagai media komunikasi dan ekspresi tersebut digambarkan melalui aksi dari Bertolt Brecht. Brecht menggunakan teater sebagai alat perubahan sosial dan politik demi mengembangkan konsep teater epik yang mendorong kesadaran kritis dan refleksi sosial.
Pembahasan mengenai teater yang dibawakan oleh Profesor Deiters mendapatkan tanggapan yang positif dari mahasiswa Prodi Sastra Jerman Universitas Padjadjaran, Civitas Akademika Universitas Padjadjaran, maupun khalayak umum. Hal ini dibuktikan dalam sesi tanya jawab antara Profesor Deiters dengan para peserta yang saling berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai teater. Sesi diskusi dan tukar pikiran melahirkan pemahaman yang baru mengenai pentingnya teater, khususnya di Jerman. Teater dianggap sebagai hal yang esensial dalam kehidupan sosial dan mendapat dukungan dari pemerintah untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam kegiatan teater. Pemahaman baru lainnya terkait fungsi teater, yaitu sebagai media identitas dan pemahaman diri sekaligus bantuan dalam pembentukan masyarakat pada segi sosial dan budaya. Teater merupakan sebuah bentuk ekspresi kuno yang menawarkan pengalaman unik serta nyata—yang tentunya sangat berbeda dengan karya sastra tertulis.
Perkuliahan umum ini memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi para peserta mengenai pemahaman yang terperinci terkait dengan teater. Harapannya, dengan adanya perkuliahan umum ini, mahasiswa Prodi Sastra Jerman Universitas Padjadjaran, Civitas Akademika Universitas Padjadjaran, maupun khalayak umum tidak lagi hanya memiliki batasan pemahaman mengenai teater yang berfungsi sebagai hiburan semata, tetapi juga memiliki penghayatan mengenai teater yang berfungsi sebagai media refleksi kritis terhadap realitas sosial dan politik dalam kehidupan sehari-hari.
Red. Yohanes William Ivakdalam