Liputan Kuliah Umum “Ragam Kesantunan Bahasa Jepang” Prof. Kadooka Ken’ichi
Sabtu, 27 November, seri ke-3 kembali diselenggarakan oleh Prodi Jepang Fakultas Ilmu Budaya. Pada kesempatan ini panitia menghadirkan Prof. Kadooka Ken’ichi dari Universitas Ryukoku. Acara tersebut dihadiri oleh lebhi dari 100 orang peserta dari civitas akademika Fakultas FIB Unpad, mahasiswa, dan berbagai kalangan lainnya.
Kuliah umum ini dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis ke-63 Fakultas Ilmu Budaya dalam upaya peningkatan rangking Unpad menjadi World Class University.
Prof. Kadooka Ken’ichi banyak sekali menulis karya ilmiah dalam bahasa Inggris yang membahas mengenai tindak tutur kesopanan dalam kajiannya dari sudut pandang pragmatik. Beliau juga banyak mengambil data-data dari tradisi lisan Jepang yang disebut “Rakugo”.
Pada kesempatan ini Prof. Kadooka membahas mengenai ragam tutur arogansi (sondaigo) dan tindak tutur kelancangan (hibago) sebagai satu kesatuan tindak tutur dalam memperlakukan orang lain yang disebut dengan “taiguu hyougen”. Selama ini pembelajar maupun peneliti bahasa Jepang lebih banyak membahas mengenai tindak tutur kesantunan yang disebut dengan “keigo”. Bahkan hal ini menyebabkan istilah sondaigo dan hibago kurang begitu dikenal oleh kalangan peneliti sekalipun.
Prof. Kadooka memaparkan hasil penelitiannya yang memasukkan tindak tutur arogansi dan kelancangan ini berada dalam satu spektrum dengan tindak tutur kesantunan. Dengan menggunakan data yang beliau ambil dari ungkapan-ungkapan dalam tradisi lisan rakugo, beliau menjelaskan distribusi kata-kata dari sisi kesantunan hingga kelancangan. Salah satu yang menarik adalah banyaknya pronomina dalam bahasa Jepang yang tersebar dalam spektrum yang digunakan oleh laki-laki, perempuan, atau bahkan para bangsawan.
Dari pemaparan Prof. Kadooka tersebut muncul komentar yang disampaikan oleh Ibu Pika Yestia Ginanjar, Ph.D. bahwa sebenarnya mahasiswa atupun pemelajar bahasa Jepang pada umumnya pernah mendengar kata-kata tindak tutur kelancangan tersebut dari Anime ataupun tayangan Jepang lainnya. Namun memang tidak mengetahui bahwa ungkapan-ungkapan tersebut adalah bagian dari tindak tutur dalam memperlakukan orang lain (taiguu hyougen).
Di penghujung acara kuliah umum juga muncul berbagai pertanyaan mengenai tindak tutur kesopanan bahkan pertanyaan mengenai kepentingan pembelajar untuk bisa berbahasa sopan dalam bahasa Jepang, mengingat kesulitannya yang bahkan orang Jepang pun terkadang salah dalam mengungkapkannya. Prof. Kadooka pun menanggapi bahwa hal ini perlu diperhatikan dalam tujuan pembelajaran secara personal, hingga sejauh mana mereka hendak memakai bahasa tersebut.
Penulis: Samsul Maarif