DUAL PERSPECTIVES: FIFTY YEARS OF SUNDA – CALIFORNIA CULTURAL EXCHANGE
Prodi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran mengawali bulan kesembilan dengan mengadakan kuliah umum bertajuk Dual Perspectives: Fifty Years of Sunda-California Cultural Exchange dalam rangka FIB World Class University. Program ini berhasil menghadirkan Margot Rose Lederer seorang master perencana kota pecinta budaya Sunda dari UC Berkeley yang juga merupakan member Pusaka Sunda dan Penari Sunda, untuk membahas pertukaran budaya antara Sunda dan Amerika. Acara ini dilaksanakan secara hybrid melalui zoom meeting dan dilangsungkan di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran pada haris Kamis, 1 September 2022 mulai pukul 09.00 – 11.00 WIB. Acara dipandu oleh Dr. Lina Meilinawati Rahayu, M.Hum., dan ditanggapi oleh Dr. Taufik Ampera, M.Hum.
Dalam paparannya Margot bercerita mengenai kesenian Sunda mencakup musik, drama atau teater yang berkembang di California. Bahkan disebutkan jika musik gamelan yang termasuk dalam budaya Sunda juga sudah dipertontonkan di ranah internasional sejak tahun 1893 pada World’s Fair Chicago. Hingga saat ini alat musik tersebut masih tersimpan dengan baik di Field Museum Chicago.
Kemudian pada tahun-tahun setelahnya, seni Sunda tidak pernah padam untuk terus berkiprah di kancah internasional. Hal ini dibuktikan dengan keikutsertaannya dalam perhelatan-perhelatan global yang diadakan baik di Amerika, Asia, Afrika, maupun Eropa. Pada praktiknya banyak pula seniman hebat Indonesia khususnya Sunda yang terlibat seperti Enoch Atmadibrata, Irawati Durban Ardjo, Nugraha Sudiredja, Nining Sekarningsih, Rucita, Undang Sumarna dan Endo Suanda.
Terhitung sejak tahun 1974 hingga saat ini seni Sunda di California masih dijaga dengan baik, alat musik seperti gamelan dapat ditemui di beberapa lembaga pendidikan seperti University of California Santa Cruz dan University of California UC Davis. Begitu pula dengan kesenian lain seperti wayang golek, teater atau drama juga tari rampak yang dimainkan dan diperkenalkan.
Pada kesempatannya bercengkrama dengan mahasiswa prodi Sastra Sunda, Margot turut mengisahkan mengapa dirinya bisa jatuh cinta dengan budaya Sunda. Selain karena faktor keluarga yang membangun kecintaannya akan budaya, Margot pula memiliki sudut pandang jika seni dan budaya merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan kepeduliannya pada sosial, alam dan ekonomi. Kelembutan dan emosi yang timbul dalam seni musik Sunda seperti alunan suling dan gesekan rebab, juga irama menggebu-gebu dalam tabuhan kendang semakin menumbuhkan kecintaan dirinya pada seni Sunda.
Faktor lain yang pada akhirnya membuat Margot serius menekuni seni Sunda hingga pandai membawakan tari kupu-kupu dan tari sulintang ialah karena dalam menari seorang perempuan tidak dibatasi oleh gender yang dilekatkan pada dirinya. Saat menari seorang perempuan berhak untuk menjadi apapun dan membawakan peran apapun sesuai dengan apa yang ingin disampaikannya. Melalui tarian seorang perempuan diberi kebebasan untuk berekspresi.
Margot sudah mulai tertarik untuk mengenal budaya Sunda sejak dirinya lulus SMA. Sejak saat itulah tekadnya untuk mendalami budaya Sunda semakin bulat, dibuktikan dengan kedatangannya ke Indonesia bahkan sampai mengunjungi salah satu desa di Cirebon demi mempelajari tarian-tarian Sunda. Karena ketertarikannya inilah Margot menjalin relasi dan silaturahmi dengan berbagai lembaga guna mempertahankan, mengenalkan dan mengembangkan budaya Sunda di kancah internasional. Hubungan pertukaran budaya Sunda dengan California diharapkan menjadi suatu hal positif yang akan memiliki hubungan timbal balik yang berdampak baik bagi keberlangsungan budaya Sunda. Kerja sama internasional yang dibangun diharapkan bisa semakin menguatkan eksistensi budaya Sunda dalam skala global.
Tentu saja, dengan latar belakang seorang master dalam bidang perencanaan kota Margot turut memaparkan bagaimana peranan dan pengaruh budaya dalam proses perencanaan kota. Menurutnya seni rupa, seni musik, seni teater, dan kerajinan sangat mempengaruhi terbentuknya suatu kota. Untuk menciptakan ruang publik dan membuka pikiran yang kreatif, sudah seharusnya unsur budaya dipertimbangkan lebih dalam guna menghargai sejarah dan perjuangan orang-orang hebat dibalik terciptanya seni dan budaya tersebut.
Kearifan lokal sudah sepantasnya dijadikan pijakan untuk menciptakan lingkungan yang modern tanpa menghilangkan esensi seni dan budaya agar seluruh lapisan masyarakat sadar akan jati dirinya. Dengan dijadikannya dasar dalam perencanaan pembangunan kota, suatu budaya menjadi pengingat bahwa kita harus selalu memulai dengan langkah kecil yang berdampak besar di masa depan. Setiap hal bisa kita lakukan untuk membawa budaya Sunda ke ranah internasional yang lebih luas, namun tentu saja seluruh masyarakat memiliki peran penting yang harus diimbangi dengan payung hukum dari pemerintah. Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 harus didukung oleh seluruh masyarakat guna mencapai hajat bersama membawa budaya Sunda menuju panggung dunia.***
Tim Penulis:
Taufik Rahayu, dkk.
Sumber:
Slide PPT Pembicara – Margot Rose Lederer
Bela Resti (2019) – catatan kuliah umum
Ranti (2020) – catatan kuliah umum