World Class University Program Studi Sastra Sunda: Naskah Sunda dan Ilmu Pengetahuan
Sebagai upaya pengimplementasian Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 83/P/2020 tertanggal 24 Januari 2020 tentang Lembaga Akreditasi Internasional, Program Studi Sastra Sunda mengadakan kuliah umum dengan mendatangkan pembicara dari Universitat Hamburg yaitu Dr. Dick van der Meij. Dalam kuliah umumnya, Dr. Dick memaparkan materi mengenai hal apa saja yang bisa ditelusuri dari naskah Sunda dan apa kepentingannya?
Menurut Dr. Dick, jumlah naskah Sunda diperkirakan dapat mencapai puluhan ribu. Namun keberadaan naskah tersebut masih tersebar di berbagai lembaga baik pemerintah maupun perseorangan. Dalam hal ini penelusuran lebih lanjut perlu dilakukan sebab banyak sekali unsur budaya yang bisa digali dan diteliti. Adapun pengetahuan umum terkait naskah dan isinya perlu ditingatkan agar khazanah pernaskahan tetap lestari dan bermanfaat. Sehubungan dengan hal tersebut, posisi mahasiswa Sastra Sunda diuntungkan dengan pengetahuan aksara dan bahasa yang dimiliki. Hal tersebut dapat dijadikan modal untuk menelusuri apa saja yang terkandung dalam naskah, terutama naskah Sunda. Terkait pengkajian naskah lebih lanjut, Dreamsea Universität Hamburg hadir untuk membantu merestorasi dan mendigitalisasikan naskah yang ada.
Di samping itu, permasalahan penelitian terhadap naskah adalah peneliti yang terlalu berfokus pada apa yang terkandung dalam teks. Sedangkan banyak detail kecil naskah seperti penulisan judul, ornamen-ornamen, catatan pinggir, kolofon, dan lain sebagainya sering kali tidak terlalu diperhatikan. Padahal, hal tersebut sebenarnya bisa diteliti dan ditelusuri lebih lanjut untuk membuka peluang diketahuinya ilmu pengetahuan yang baru.
Detail-detail kecil dalam naskah memegang peranan penting dalam menentukan apakah suatu naskah asli atau tidak. Dengan adanya perbedaan penulisan tiap naskah membuka peluang untuk melakukan riset mengenai tulisan-tulisan yang berbeda antara naskah yang satu dengan naskah lainnya. Objeknya cukup seluruh naskah yang ada di Sunda saja. Peluang lainnya adalah penulisan kolofon yang memadukan antara aksara Sunda dan Jawa juga huruf-huruf yang membentuknya.
Terkadang naskah yang beredar di luar negeri tidak mencerminkan kehidupan sebenarnya yang ada di masyarakat. Kemungkinan naskah tersebut dibuat untuk maksud tertentu, bukan hasil dari kebudayaan alami. Jika kita melihat naskah yang ada saat ini, naskah asli sudah seharusnya dilestarikan. Naskah yang beredar atas permintaan dan tujuan tertentu (naskah pesanan) tidak terlalu penting karena mengurangi esensi keberadaan naskah yang sebenarnya. Maka dari itu upaya inventarisasi dan digitalisasi sangat penting untuk dilakukan mengingat keberadaan naskah Sunda bisa hilang begitu saja jika tidak segera diselamatkan.
Selanjutnya pemaparan Dr. Dick van der Meij dalam kuliah umum Prodi Sastra Sunda ini ditanggapi oleh Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, M.S. selaku Koordinator BKU Filologi Sastra Sunda FIB Unpad dan para mahasiswa Sastra Sunda pun turut mengisi sesi diskusi kuliah umum dengan antusias. Diskusi yang telah dilakukan mengarah pada upaya pelestarian dan penelitian lebih lanjut terkait naskah-naskah Sunda yang ada. Dengan dilaksanakannya kuliah umum ini seluruh masyarakat Program Studi Sastra Sunda berharap dapat memberikan ilmu yang bermanfaat guna mningkatkan dan menggairahkan mahasiswa di Indonesia untuk melakukan studi dan riset dalam bidang pernaskahan. Semoga kerja sama yang telah dilakukan menjadi jalan bagi prodi Sastra Sunda untuk meraih rekognisi internasional.***
Catatan Tim Website/Media Sosial Prodi Sastra Sunda FIB Unpad
Ade Irma S & Kiki Nurussalam