Unpad Tingkatkan Jumlah Perempuan menjadi Dokter Urologi

Unpad Tingkatkan Jumlah Perempuan menjadi Dokter Urologi

Ilmu Budaya / April 30, 2024

Bandung, Jawa Barat — Akses perempuan terhadap pendidikan dan pekerjaan kerap kali masih menjadi persoalan. Hal ini menimbulkan beragam upaya agar mampu mendobrak diskriminasi tersebut.

Seperti yang dilakukan oleh beberapa universitas di Indonesia, salah satunya Universitas Padjadjaran dalam bidang urologi. Menurut sejarahnya, urologi memang didominasi oleh laki-laki. Hal tersebut dibuktikan dari tingkat dokter urologi laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan perempuan di dunia. Namun demikian, kesenjangan ini semakin menyempit seiring berjalannya waktu.

Salah satu daerah berkurangnya tingkat kesenjangan tersebut, yaitu Jawa Barat. Hal ini dikarenakan banyak perempuan yang mendaftar dan berkontribusi dalam program residensi urologi, khususnya di Universitas Padjadjaran.

Pencapaian tersebut tidak serta merta datang begitu saja, melainkan butuh waktu lama dalam prosesnya. Lingkungan non diskriminasi gender berkembang pesat, di berbagai wilayah negara berkembang termasuk di Indonesia.

Indonesia memiliki lima pusat urologi di antaranya, Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Brawijaya, Universitas Airlangga, dan Universitas Gadjah Mada. Saat ini, terdapat 653 ahli urologi di Indonesia pada awal tahun 2024. Adapun Universitas Padjadjaran memiliki 10 residen urologi perempuan dari 63 residen.

Jumlah yang telah diraih tersebut sejalan dengan program residensi urologi yang dilakukan Universitas Padjadjaran, khususnya Pusat Medis Akademik Hasan Sadikin di Kota Bandung. Sejak dibuka pada tahun 2007, departemen urologi Unpad menerima setidaknya 1 residen perempuan mulai tahun 2011. Namun, angka ini tetap terus bertumbuh.

Rendahnya tingkat partisipasi perempuan dan laki-laki pada bidang urologi bukan dikarenakan mereka tidak diterima, melainkan justru karena tidak mendaftar bidang tersebut. Di satu sisi, latar belakang residen perempuan dan laki-laki tidak jauh berbeda dalam hal pendidikan dan jumlah tahun jeda (durasi dari kelulusan sebagai dokter medis hingga diterima dalam program residensi). Perbedaan tersebut justru ditunjukkan dari pengalaman publikasi yang didominasi oleh mahasiswa kedokteran perempuan.

Pengenalan pendidikan sebagai salah satu pilihan karir tidak hanya terfokus pada suatu gender tertentu. Memperkenalkan bidang urologi kepada perempuan untuk melanjutkan karirnya merupakan salah satu cara untuk turut meningkatkan kesetaraan gender dalam bidang ilmu pengetahuan. Dukungan dan pendampingan menjadi faktor penting dalam kemajuan karir dan perlindungan bagi perempuan yang ingin terjun ke bidang tersebut.

Red : Maria Imanuella Dewi Sekartaji