Krisis Air Bersih dan Darurat Sampah, Universitas Padjadjaran Bangun Fasilitas Cikahuripan
Jatinangor, Jawa Barat — Kebutuhan akan air bersih kerap menjadi sebuah urgensi yang dihadapi. Tidak jarang, hal ini akan menyebabkan masyarakat membeli air minum kemasan agar mendapatkan air yang layak untuk diminum. Tentu, hal ini menjadi masalah baru berkaitan dengan lingkungan hidup, khususnya dengan meningkatnya sampah yang pada akhirnya juga berdampak pada kualitas air bersih.
Menanggapi masalah yang ada, Universitas Padjadjaran membangun Cikahuripan sebagai salah satu sarana yang dapat dinikmati oleh para civitas Unpad agar mendapatkan air bersih untuk diminum secara gratis. Fasilitas tersebut diresmikan pada tahun 2023 sebagai tanggapan akan masalah krisis air bersih dan sampah plastik yang meningkat.
Sebelum bernama ‘Cikahuripan’, fasilitas air minum gratis tersebut bernama ‘Jalatista’. Fasilitas ini dibangun pada akhir tahun 2018. Kemudian, berganti nama pada tahun 2023. Direktur Inovasi dan Korporasi Universitas Padjadjaran, Tomy Perdana, menjelaskan bahwa penamaan tersebut memiliki makna yang dibangun dari Bahasa Sunda, yaitu ci yang berarti air dan kahuripan yang berarti kehidupan. Maka, Cikahuripan dapat dimaknai sebagai air kehidupan.
Adapun pada tahun 2023, sebanyak 16 fasilitas Cikahuripan telah dibangun di 14 titik, seperti 9 fakultas dan 5 fasilitas pendukung, termasuk Perpustakaan Pusat Unpad atau yang biasa dikenal sebagai Grha Kandaga. Di lokasi ini, fasilitas cikahuripan terletak di dalam dan luar gedung.
Tomy berharap bahwa dengan dibangunnya Cikahuripan pada sebagian besar titik di Universitas Padjadjaran dapat menjadi langkah awal dalam mengurangi plastik, sekaligus memperoleh air bersih layak konsumsi, khususnya bagi mahasiswa, tenaga pendidik, maupun dosen.
“Mudah-mudahan dengan fasilitas ini, warga Unpad dapat memanfaatkannya secara optimal,” ujar Tommy.
Dibangunnya fasilitas cikahuripan di lingkungan Universitas Padjadjaran turut disambut positif oleh mahasiswa. Mahasiswa program studi Hubungan Internasional, Andi Maulid Zulfikar, menyampaikan kepada tim Warta Kema bahwa dirinya merasa terbantu dengan adanya fasilitas tersebut.
“Kalau dalam lingkup kampus, itu (Jalatista/Cikahuripan) benar-benar dibutuhin. Sebab, kita bisa lihat sendiri, tiap menit pasti ada yang datang ngisi (air). Jadi, ini bisa jadi tindakan penghematan buat mahasiswa. Soalnya, banyak mahasiswa yang bisa ngisi ulang air di Jalatista (Cikahuripan),” ujar Andi kepada Warta Kema.
Air bersih sudah selayaknya menjadi hak yang mampu diakses seluruh masyarakat. Maka dari itu, ketersediaan air bersih layak konsumsi, seperti Cikahuripan yang dimiliki oleh Universitas Padjadjaran merupakan langkah awal dalam menjawab masalah sanitasi dan air bersih, sekaligus lingkungan hidup.
Red : Maria Imanuella Dewi Sekartaji