FPIK Unpad Kembangkan Startup Berbasis Teknologi Kemaritiman
Memiliki sebuah binaan perusahaan rintisan (startup) yang mendukung kemaritiman merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh pemangku kepentingan untuk mempromosikan dan meningkatkan upaya mencapai kehidupan yang berkelanjutan.
Salah satu binaan startup tersebut dinaungi dan dikembangkan oleh sivitas akademika Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, yaitu “Jack Don’t Swim”. Binaan startup karya anak bangsa ini pernah menjadi salah satu peserta “Blue Tech Accelerator”, sebuah program ambisius berskala global yang mempertemukan sejumlah startup dari berbagai negara yang bergerak pada bidang kemaritiman untuk saling menunjukkan inovasinya.
Di sisi lain, Jack Don’t Swim juga merupakan salah satu startup yang mendapat hibah Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT) oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan mendapat pembinaan dari Pusat Inkubasi Bisnis/Oorange Unpad.
Pada acara “Blue Tech Accelerator Program”, startup ini diikuti oleh satu alumnus dan dua mahasiswa Kelautan FPIK Unpad, yaitu Kemaal Sayyid Zenyda, S.Kel., (CEO), Salsa Dewi K (CMO), dan Alif Sumantri (CTO).
Salsa menyatakan kepada pihak Kanal Media Unpad bahwa startup yang dikembangkan oleh timnya ini menyediakan berbagai inovasi teknologi dan layanan jasa.
“Jack Don’t Swim merupakan startup yang bergerak di bidang teknologi instrumentasi kelautan yang di mana kegiatan usahanya adalah mengembangkan instrumen atau alat kelautan untuk menunjang ketersediaan data di Indonesia. Contoh produk kami adalah RHEA dan ARHEA. Selain mengembangkan produk, kami juga menyediakan jasa sewa dan reseller beberapa produk dari instrumen kelautan,” ungkapnya.
Para peserta dalam acara tersebut mendapatkan pendampingan dari beberapa mentor, seperti David Cutler (Co-Founder Fortuna Cools), Primiaty Natalia (Government and Community Coordinator in Thresher Shark Indonesia), Anna Oposa (Co-Founder Officer and Founder Bluepreneur Asia Ventures), Mary Jane Lamoste (Founder Tagpi-Tagpi), dan Swietenia Puspa Lestari (Co-Founder and Executive Director of Divers Clean Action). Dalam program ini, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) turut berperan dalam mendukung pengembangan strategi komunikasi yang efektif.
Selain unjuk inovasi, Salsa turut menambahkan bahwa program internasional ini merupakan sebuah wadah untuk menambah ilmu, khususnya terkait stakeholder mapping and power analysis, communication strategy, dan sustainable planning.
“Di sisi lain, kami juga mendapat banyak insight baru dalam berbagai hal dari para mentor hebat, yang di mana juga dapat membantu kami berkembang dalam menjalankan bisnis ini,” terangnya.
Adapun Salsa berharap bahwa Jack Don’t Swim dapat menjadi salah satu startup binaan yang dapat terus berkembang dan berkontribusi dalam memecahkan berbagai masalah pada sektor kelautan di Indonesia.
Sejalan dengan Salsa, inovator sekaligus perintis Jack Don’t Swim dan dosen FPIK Unpad, Noir Primadona Purba, M.Si., turut mengungkapkan cita-citanya agar startupnya tersebut dapat menjadi berkontribusi dalam kemajuan teknologi kemaritiman di Indonesia. Di sisi lain, dirinya menambahkan agar melalui startup ini, mahasiswa dan alumni Unpad turut menunjukkan kontribusinya dalam inovasi teknologi dan instrumen kelautan.
Noir juga berharap agar melalui kegiatan “Blue Tech Accelerator Program”, kemampuan wirausaha startup mahasiswa dan alumni Unpad dapat kian meningkat.
“Untuk itu dengan mengikuti kegiatan ini, mereka akan lebih paham konteks bagaimana mengelola perusahaan startup. Karena ini skala internasional, mudah-mudahan mereka mendapat ilmu lebih banyak”, ungkap Noir.
Red : Maria Imanuella Dewi Sekartaji